Posted in Kawanan Pemikiran, Parenting

Bye-bye (for a while) Glenn Doman


Fatih tumbuh dengan berbagai kecerdasan yang tak terkira sebelumnya bisa dimiliki anak usia 2 tahun, saya pun sebenarnya kelabakan untuk menstimulasi si bocah ini. Lebih tepatnya lagi, saya hampir kehabisan permainan edukasi untuk diserap oleh jagoan kecil saya. Sebagai seorang ibu saya berpikir keras, apakah sudah waktunya Fatih belajar calistung (baca, tulis, berhitung)? Untuk kegiatan pracalistungnya sendiri dia sudah bisa menghitung 1-10, sudah bisa berkhayal dan bercerita apa yang dia tangkap dan inginkan, keinginan mewarnai menjadi  coretan abstrak pun sudah. Aaah tapi Fatih belum lagi genap 2,5 tahun >_< takutnya saya terlalu keras menstimulasinya jadi dia bosan dengan yang namanya belajar. Lalu belum lagi ada program Hafidz Quran di TV, sayapun ingin anak saya bisa mengaji, syukur-syukur bisa menghafal AlQuran di usia dini. Untuk gerakan shalat sudah mengikuti, doa sudah mengamini, bacaan arab dibilang ngaji kadang-kadang sok-sokan ngaji sambil was wes wos dengan telunjuk bergerak di atas AlQuran 😀 secara positif feeling saya mengatakan Fatih sudah siap dengan dunia belajar sebenarnya.

Saya pun searching google dan tanya sana-sini dengan orang tua yang memiliki anak balita, bagaimana memperkenalkan huruf alfabet dan hijaiyyah kepada anak-anak mereka. Ada yang memulai dari huruf dan ada yang memulai dari kata! Bahkan ada yang anaknya belum genap 5,5 tahun bisa masuk kelas 1 SD. Wow, saya tanya apakah ada kesulitan buat si anak, mereka bilang tidak ada. Sayapun antusias dengan metode pengajaran apa yang sebelumnya diberikan. Kedua ibu yang saya tanya menjawab Glenn Doman.

Bagaikan kata ajaib saya searching segala sesuatu tentang metode Glenn Doman. Positifnya amat banyak dan saya sangat tertarik mengimplementasikan metode ini untuk belajar Fatih. Apalagi sebenarnya metode Glenn Doman membuat  anak bisa membaca bahkan sebelum berumur 1 tahun! Sayapun bertanya kepada 2 psikolog anak yang masyhur di twitland (Bu Anna Surti Nina dan Bu Anna Perbowo), mereka bilang metode ini positif untuk digunakan namun salah seorangnya mengatakan “kenapa tidak asik dulu dengan dunia pracalistung?” wah, saya jadi teringat materi seorang psikolog anak di suatu open house TPA yang mengatakan pada umur 3-5 tahun adalah masa-masa anak baru belajar mengenali anggota tubuhnya sehingga siap untuk belajar yang sebenarnya. Beberapa waktu kemudian saya dishare sebuah tulisan (baca disini). Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk menunda era calistung Fatih sampai dia siap dengan tanda-tanda seperti di tulisan tadi. So bye-bye (for a while) Glenn Doman! 🙂 Saat ini saya lagi asik mengumpulkan jenis-jenis permainan untuk pracalistung Fatih sembari mengasuh adeknya yang masih bayi..

“enjoy every step and moment in raising children”

Author:

Saya seorang ibu dari 3 anak luar biasa, pembelajar kehidupan dan pecinta literasi

Leave a comment